bad in english


Hari ini sepertinya titik nol dalam dunia inggrisku muncul. Bagaimana tidak? Nilai yang menjadi ukuran dari kemampuan yang dinyatakan dengan angka itu sontak membuatku tertohok. Sebenarnya ya masih sepatutnya bersyukur karena bukan termasuk nilai terburukku dalam bidang inggris. Tapi mungkin aja kali ini lebih bisa menyadarkan aku setelah bebarapa hari kebanyakan nggersula alus dihadapan orang-orang yang mungkin mereka tidak sadar atas kebodohanku tersebut. Sebagai orang normal, kalau punya problem dan sederet challange harusnya dicari di mana letak tinta merah, bukan membeberkan tanpa arti jelas terkait pena yang telah tertulis. Tapi kalau dipikir-pikir pembeberan tersebut juga termasuk sebuah ‘usaha’ yang nggak bisa dipandang sebelah mata. Karena bisa saja melalui hal itu kita semakin mendapatkan dan mengumpulkan catatan-catatan yang harus diperbaiki.
                Kegagalanku dalam bidang bahasa inggris tidak sedikit, malah banyak sekali. Dan sesunggunya aku tidak mengerti bagaimana bisa sejak menginjak bangku kelas tiga SD hinggs sekarang, kemamampuanku masih di bawah jauh standar pas-pasan. Salah siapa ya? Apa kapasitas otakku? Or tepatnya brain ability ku yang tidak muat untuk menerima kata-kata asing tersebut? Apa salah guruku yang belum tepat memberikan secarik resep untuk mengolah bahasa inggrisku? Masak iya? Salah lingkungan? Yang enggan mencetak diiriku seperti lingkungan mencetak kawan-kawanku yang kini expert di bahasa inggris? Itulah pertanyaan bodoh yang tidak sepatutnya aku pikirkan. Tapi sekali lagi, nggak ada hal yang sia-sia. Lewat pikiran yang bodoh itu, malah balik menampar aku. Nggak ada gunanya kali mengungkapkan pertanyaan itu.

                Nah, di bangku SMP kemampuan bahasa inggrisku yang abal-abal itu semakin tampak saja. Tentunya dengan adanya teman yang kompleks dari berbagai latar belakang yang selangkah lebih berbeda dari SD. Banyak sekali yang menonjol. Dan pasti membuatku iri. Kok bisa sih mereka spintar itu? Gimana sih belajar mereka? Aku aja kalo belajar bahasa inggris juga kayak belajar pelajaran lainnnya yang biasa-biasa aja. Empat pokok bahasan bahasa inggris yang paling aku benci sekaligus enggak bisa adlalah listening. Sumpah, susah banget ndengerin suara orang bule ngomong di speaker. Kadang aku mikir, itu speakernya udah berapa tahun ya? Beli yang murahan kali? Nggak pernah diservice? Kebanyakan diisi suara bule? Ya kali –_- --tidak nyata, abaikan--. Habisnya suara tuh bule diseret-seret, nggajelas pastinya, punya masalah lidah(?), sussyyaaah binggo. Eh, eh, apa jangan-jangan telingaku sulaya. Kalau dipikir ya itu keenggak masuk akalanku saja. -Setiap manusia kan punya kemampuan yang sama-. Di waktu smp, aku hampir nggak pernah dapet nilai yang lumayan, khususnya listening –walaupun yang lain juga ancur--. Jadi kalo abis listening suka heran, kok teman-temanku pada bisa ya?. Untungnya sih pas smp kagak ada UN pake listening, jadi nggak ikut mengotori nilaiku, hehe..

                Ketidakbisaanku dalam bahasa ingggris juga sebanding dengan usahaku dulu sih. Aku belajar bahasa inggris juga kalo di sekolah, maksudnya kalo ada pr, tugas, ulangan, tes, dll. Jadi jarang banget aku ngadain waktu spesial buat bahasa inggris. Dan sokornya, aku nggak pernah dengerin musik barat, atau film barat, bahkan ngebaca-baca buku bahasa inggris, seperti yang disarankan kebanyakan orang yang kumintai saran. Sikapku yang biasa saja itu menghasilkan sesuatu yang biasa pula di masa kini. Aku sungguh jauh berbeda dengan beberapa temanku yang hobi dengerin musik barat, liat film barat, mereka yang diles-lesin bahasa inggris. Nggak sama sekali. Jadi inilah impact yang aku dapatkan. Semua itu sebgaian besar baru kusadari akhir-akhir ini. Well aja sih kalo aku selalu kesulitan dnegan tes bahasa inggris, ulangan, praktek, mengarang, dsb.

                Jangan mengeluh ya kalau merasa belum bisa dalam bahasa inggris, mungkin kita perlu menengok sejenak ke belakang sehingga hasilnya seperti sekarang.

Jujur nih, sebenarnya aku minder masuk smanssa. Karena apa? Dulu pas aku proses mencari sekolah sempet bingung mau masuk mana. Hampir setiap hari guruku memotivasi aku dan teman-temanku biar masuk smanssa. Tapi aku slalu ragu soal bahasa inggrisku yang jelek nggo banget itu. Kan dulu rsbi gitu, katanya kalo pelajaran pake bahsa inggris. Whiii..Siapa yang nggak takut coba untuk orang speerti aku ini? Akhirnya akupun msuk smanssa dan ngepasi rsbi dihapuskan. Yeay, nggak pake english deh.. namun setelah sekian lama menuntut ilmu di smanssa, gregetku buat belajar bahasa inggris kian lama kian menghilang lenyap. Aku sudah lupa denganapa yang tidak aku bisa. Mungkin aja kalo smanssa tetap menyandang nama rsbi, aku malah lebih effort buat belajar inggris. Dari kelas sepuluh sampai duabelas, aku belum juga ada hasrat buat nonnton film ataupun ndengerin musik inggris, selain maher zain. Iya, nilai bahsa inggrisku di bawah pas-pasan. Kan kalo pas-pasan itu udah pas sesuai porsi, namanya kan ‘pas’.

Garfik bahasa inggrisku jadi naik turun nga jelas. Kaadang kalo bejo ya dapet nilai bagus –yang pasti jarang banget--, seringnya dapet remidi. Nanti kalo habis remidi atau dapet nilai lebih ejlek dari teman-teman, aku agak berusaha, trus di tes selanjutnya aku sedikit bisa menaikkan nilaiku. Kemudian tes selanjutnya turun lagi. Ah, aku heran, slaah yang buat sola kali ya?

19 November 2015 19:49

Comments

Popular posts from this blog

Celengan rindu

Apa itu Vaginismus? Bagaimana islam memandang?

Review Film Jakarta Unfair dan opini mengenai permasalahan kemanusiaan di Indonesia