Film Jakarta Unfair merupakan film tentang permasalahan kemanusiaan yang begitu menyentuh nurani. Film ini diawali dengan ekspresi anak-anak laki-laki yang dengan polosnya berbincang dengan wartawan. Keceriaan anak-anak itu menggambarkan bagaimana kebahagiaan mereka di kampungnya. Film yang tak diizinkan tayang tersebut menyajikan kekontrasan keadaan di Ibukota Indonesia. Jakarta, seperti yang kita tahu, kota yang paling tersohor kemacetannya yang sangat padat, lalu-lalang kesibukan orang mencari nafkah, suasana mall megah dengan segala kenikmatannya, dan jika dilihat dari langit Jakarta terlihat sebagai ibukota yang hanya berisi gedung-gedung pencakar langit, perumahan tanpa sekat pepohonan, juga jalan raya yang dipenuhi kepadatan kendaraan. Penggusuran, adalah satu hal yang kasusnya seakan tak pernah habis terjadi di ibukota. Rakyat menangis pilu, menjerit, bahkan pingsan, sebab tidak sanggup menyaksikan tempat tinggalnya digusur oleh pemerintah. Proses penggusuran juga tak ter...
mau sedikit cerita ah tentang lika liku hidup selama di rumah liburan karena pandemi corona ini~ awalnya aku pulang dari asrama tanggal 23 April kalau tidak salah, karena 24 April mulai pemberlakuan PSBB. setelah itu puasa ramadhan. ga nyangka, hari ini udah tanggal 1 Juli aja. jadi aku udah di rumah 2 bulan lebih, wow, amazing. pertama-tama di rumah langsung jeglek banget, shock culture lah wkwkw. ya kan tadinya tiap hari ngaji di RQI pagi kelas dari jam 3 pagi sampe jam 9 pagi. malemnya kelas dari jam 8-10 malem. shalat awal waktu terus. yah, siklus hidup yang sangat dewa sih menurutku, di mana asik beribadah dengan nyaman. cuman makannya yang agak susah, makan mie, goreng telor, dll. bagaimana keadaan ketika di rumah? well, di rumah belum ada yang rajin sholat wkwkw, akhirnya rumah yg jarang disholatin apalagi dingajiin ini awalnya membawa arus negatif ke aku. shalat telat2, berdiri tarawih rasa gakuat, ngaji malah sekarat pengen rebahan aja, ngantuk tidur. udah gitu jangan ha...
Kenapa tulisan ini berjudul “A Mirror to Success” ? Mirror, artinya cermin. Cermin adalah benda yang paling sering digunakan untuk melihat diri kita sendiri. Ketika kita hendak bepergian, seringkali kita meluangkan waktu untuk sekadar menengok penampilan kita di hadapan cermin. Pun orang-orang acapkali mengisyaratkan istilah ngaca (bercermin) agar mereka mampu melihat apa kesalahan yang diperbuat oleh yang dimaksud. Jadi maksud mirror di sini merujuk pada ‘melihat diri sendiri’ dan mengoreksi hal-hal yang perlu dibenahi. Manusia itu ibarat lantailah, tiap hari pasti ada yang harus dibersihkan. Seakalipun kelihatannya bersih. Mandi pun harus tiap hari. Karena tiap hari sel-sel kita beregenerasi dan digantikan oleh sel-sel yang baru, maka akan timbul sel-sel mati. Tidak terkecuali dengan apa yang dicita-citakan oleh setiap insan, kesuksesan. Siapapun jikalau ditanya, ‘siapa yang pengen sukses?’, sudah tentu semua orang akan mengangkat jemarinya, bahkan sampai kaki pun rela i...
Comments