Celengan rindu

 Halo, mas.


Seseorang yang akan kupanggil "mas", yang akan menemani sisa usiaku ke depan :)

Mas, boleh ngga aku sedikit bercerita?

Boleh ya? 😬

Huft. Capee bgt aku nungguin mas dateng menjemputku πŸ₯² *belum belum udah ngeluh aja wkwk

Andai purnama di ujung sana bisa berbicara dan mengetahui keberadaanmu, ku titipkan pada sang purnama untuk menyampaikan rinduku.

Di sini, di sebuah kota yg bersinggungan dengan ibukota, aku menghabiskan hari-hari pasca kampus. Berat. Itulah kesan yg kusematkan padanya. Bergelut dengan kepulan asap kendaraan setiap harinya, demi harga diri seorang yg bergelar sarjana dan secercah bakti pada orang tua yg telah banting tulang mencukupi biaya hidupku selama 24 tahun lamanya. Sunyi.. sepi.. hingga makanan enak nan mahal tak ada lagi rasanya, benar-benar hambar. Lambat laun satu per satu teman menjemput takdirnya dan memulai kehidupan mereka masing-masing. Mereka yang dulu berjuang bersama, kini saling melupakan karena kesibukan. Aku pun mulai linglung dan limbung.. aku hidup dengan diriku sendiri ya? Begitulah pertanyaan yg menjadi sarapan sekaligus penutup malam-malam senduku setiap harinya. Ada perasaan malu tatkala aku mengeluh pada orang. Lemah banget ya aku? Gitu aja ngeluh, mereka juga punya beban hidupnya masing-masing keleus! Nyinyirku sendiri. Terus meraba.. ya Allah,  aku bersandar sama siapa ya? Aku mau jatuh, aku ngga kuat, aku terlalu lemah untuk menghadapi hal-hal ini. Mentalku terkoyak. Kesehatanku mulai redup. Sesekali aku tumbang oleh ketidakpercayaanku pada diriku sendiri dan kekuatan-Nya. Aku memilih menyerah di saat sisi lemahku muncul ke permukaan. Aku benar-benar tidak sanggup hidup seorang diri di tanah asing ini, kataku penuh kebencian pada diriku sendiri. Perlahan kesadaranku mulai siuman. Aku mengusap tetesan bening di pipiku. Tidak.. aku tak pernah sendiri. Aku selalu punya dalang di balik degup jantung yg tak pernah sedikitpun berhenti ini. Mulai ku raba dadaku, ku hentikan napasku beberapa menit. Huhhh... napasku engap. Ya Allah,  aku mampu menghentikan napasku, tapi aku tak pernah mampu menghentikan jantungku.

Allah. That's is The One who made me so alive. Dia yang menggerakkan sendi-sendi kakiku menuju tempat kerja. Dia yang membuat saraf-sarafku berkoordinasi sehingga mampu menggerakkan starter motor. Dia yang membuatku mampu melakukan hal setiap harinya. Dia yang tak pernah berhenti mengurus hidupku, dan tentu hidup milyaran orang di luar sana. Begitu pahamnya diriku akan kuasa-Nya. Tapi sangat lemah imanku pada-Nya akan takdir bertemu denganmu, mas :')

"Jadi kamu mau cerita atau curhat sih dek?" lawakan kecil dalam dunia imajinasiku. Mas pun mengusap lembut kepalaku.

"Hehe πŸ˜…" tatapku malu.

Yah semoga mas sedikit mengerti maksud dari ceritaku. Saat kita punya tujuan yang sama, punya visi dan misi yang sama, ayok gas.. karena perjalanan ini terlalu berat untuk dilalui sendiri, terlalu sayang untuk dilewatkan sendiri. Mari mengukir asa bersama! Lewat jalan tol biar cepet nyampe surga 😍

Aku dulu suka nulis. Pernah punya cita-cita nulis buku sama pasangan, pas lagi seneng²nya baca dan beli buku 😁 karena dari bukulah aku menemukan hidayah dan prestasi.

Allah Maha Tahu yang terbaik untuk hamba-Nya. InsyaaAllah,  Allah pun tahu kapan saat terbaik kita bertemu, menempuh perjalanan bersama. Semoga sekarang kita sedang bersiap, berbekal, menyongsong masa depan yg mungkin lebih berat itu. Semoga Allah pertemukan di saat kita sama² siap ya mas. Reminder buat aku, yang kadang TBL (takut banget loh), kadang pengen segera, kadang deg²an, kadang ngga siap masih banyak PR, kadang overthinking... aih nano nano sekali rasanya wkwk.

Semoga dipertemukan dengan mas-mas yang mencintai-Nya, hatinya tertaut dengan al Qur'an,  yang mencintaiku karena-Nya, yang mencintai keluarganya dan keluargaku sepenuh hati karena-Nya..

Aamiin ya Rabbal 'alamiin

Comments

Popular posts from this blog

Apa itu Vaginismus? Bagaimana islam memandang?

Review Film Jakarta Unfair dan opini mengenai permasalahan kemanusiaan di Indonesia