publish my contemplation haha


Gonjang ganjing! Aku kok hampir menyerah sama tugas DM2 kammi.. hampir bilang ngga mau lanjut DM2 dan gamau di kammi lagi. Kata mbak Unuy di WA, sayang, iyaa juga sayang siih aku udah sejauh ini berjalan lantas aku memilih berhenti dan berbalik arah? Mau sampai kapan begini?
Pikiranku terus berkontemplasi di alamnya. Waktu aku cari surat rekomendasi dulu.. sampe ngorbanin apapun, sampe waktuku buat negrjain yang lain tertunda. Sampe aku pulang larut hanya untuk mengambil surat rekomendasi yang diisi oleh mas mas kammi di komsat. Apakah semudah dan secepat itukah aku menyerah? Lemah bgt sih non!
Lalu.. aku menengok ke belakang, rekam jejakku. Dan inget teman-temanku yang sudah ebrhasil dengan capaiannya, yang sudah berhasil menuntaskan cita-citanya. Ah, mereka aja bisa masak aku enggak? Mereka bisa lho setiap detik waktunya sangat berharga, sangat pelit dengan waktu. Eh eh eh.. kalau waktu=uang, berarti, kita juga bisa dong pelit sama waktu. Kalau pelit sama uang aja bisa, kenapa sama waktu engga? Haih mau sampai kapan non kayak begini? Kata ummi, kita harus pelit sama waktu!
Ternyata pun aku nggak punya apa-apa. Belum punya prestasi yang berarti. Coba deh, aku sempat terpikir, kalau aku hidupnya Cuma kuliah doang. Kayak kemarin, dari setengah delapan sampai jam setengah 5 sore aku Cuma duduk di kelas kuliah. Kayak gituuu terus, ya sampai kapanpun nggak akan menghasilkan apapun!
Kelas abi 2 hari yang lalu juga terpatri di kepalaku. Tentang melipat waktu. Iya, bener juga . aku jadi merenung-renungi hidupku. Selama ini ngapain aja yaaa. Apa yang sudah aku capai selama ini? Kalau Hasan Al Bannda aja hidup selama 43 tahun sudah bisa menghasilkan sebuah pergerakan emndunia, aku sudah ngapain aja separuh dari usai beliau ini? Sudah belajar apa saja untuk bisa aku kontribusikan di masa mendatang? Gabisa bayangin sekelas hasan Al Banna di usia sepantaran aku ini sudah bisa apa. Miris ah.



itu sih salah satu coping stress ku, nulis.

Comments

Popular posts from this blog

Apa itu Vaginismus? Bagaimana islam memandang?

Celengan rindu

Review Film Jakarta Unfair dan opini mengenai permasalahan kemanusiaan di Indonesia