membandingkan diri sendiri dengan orang lain ?

Akhir-akhir ini saya banyak merenungi tentang diri orang lain. Banyak membaca karakter orang dan mencoba menggali hikmah apa yang kira-kira bisa saya ambil. Tak lama kemudian saya jatuh pada kalimat, membandingkan diri sendiri dan orang lain.

Semenjak saya lepas kendali dengan diri sendiri, saya banyak-banyakin tanya ke orang-orang yang sekrianya bisa emmberi nasehat dan mampu membangkitkan semangat dalam diri saya. Tapi, ratusan kata yang keluar dari mulut teman-temanku itu seolah sama sekali tidak berefek. Sampai tangis itu pecah barulah sedikit membawa perubahan dalam diri saya.

Kalau dikata, capek keuleus membanding-bandingkan diri sendiri dengan orang lain. Jika dipikir, apa untungnya coba? Apakah bisa diri kita berubah jadi orang lain? Itulah kata-kata yang sedikitnya bisa menahan untuk berhenti membandingkan diri sendiri dengan orang lain. Kalau terus-terusan membandingkan diri sendiri dengan orang lain, berarti kita belum mensyukuri nikmat yang sudah dikaruniakan Allah untuk kita dong? Astaghfirullah.. Inilah satu kebiasaan yang pelan-pelan mulai saya kupas dan buang dari diri saya. Kata murobbiah, kita ini kan makhluk terbaik yang diciptakan Allah. Makhluk yang istimewa.Kita lahir di dunia ini untuk apa? Kita pasti punya peran masing-masing di dunia ini.

Membutuhkan usaha yang lebih dan kuat untuk menahan diri mengatakan, dia bisa melakukan yang terbaik, kenapa saya tidak? Kenapa saya begitu bodoh? Kenapa tidak bisa seperti mereka?

Seorang kakak tingkat saya pernah berkata, kamu tidak perlu menjadi mbak ini, mbak itu,  cukup kamu menjadi diri kamu sendiri. Kita diciptakan tidak untuk agar sama semua, tapi Allah ingin setiap hambanya punya keahlian..

Ya, benar juga, kan? Filosofinya, di dunia ini ada yang profesinya jadi dokter, pilot, polisi, petani, dan sebagainya. Maka, sudahlah kita menjadi diri sendiri saja dan menekuni apa yang bisa.

Murobbiah saya yang dulu juga bilang, bahwa muhasabah terbaik itu dengan membandingkan diri sendiri dengan diri kita setahun yang lalu. Atau bisa dengan diri yang kemarin, hari ini kita lebih baik atau lebih buruk?

Jikalau begitu, menjadi diri sendiri agar lebih baik adalah persoalan membandingkan diri sendiri dan diri sendiri (?), bukan dengan orang lain. Sanggup tidak melawan dan mengalahkan diri sendiri?

Dan ini, postingan N*rul M*lih yang di share salah seorang temanku di line :


***
Salah satu kunci menemukan passion adalah menjadi diri sendiri. Berani menjadi diri sendiri adalah kunci daripada kita menemukan kenyamanan dalam bekerja.

Banyak ditemui kasus kita iri melihat orang lain yang lebih sukses daripada kita, lebih banyak duit, lebih dikenal orang. Dari sana munculah pembelaan diri, “aku terinspirasi dengan dia.”

Padahal tidak. Ketika kita sudah berkiblat terhadap satu orang dan meniru semua yang dilaluinya, kita bukan lagi terinspirasi, tapi terobsesi. Ini yang berbahaya.

Ketika terobsesi kita seolah akan memakai kacamata kuda, buta akan potensi kita, yang ada terus menerus terpaku oleh orang tersebut. Hingga suatu ketika, “Kok aku ga bisa ya menyaingi dia?” Tidak akan pernah bisa.

Karena dia melalukan segala tindakannya dengan kreatifitasnya, dengan hatinya, dengan passionnya. Tidak akan mungkin pernah kita sejajar, jika kita masih terus terkotak pemikiran tentang dia.

Jadilah dirimu sendiri kawan. Fokuslah pada dirimu sendiri. Banggalah terhadap apa yang telah kamu kuasai.

Berhenti membandingkan dirimu dengan orang lain, karena itu akan membunuhmu secara perlahan.
***


Terlepas dari semua itu, tetap ada untungnya kok membandingkan diri sendiri dengan orang lain.. LOH???
Ya, itu semua dapat kita lakukan karena tergantung bagaimana kita menyikapinya. Bahkan, ada baiknya jika orang lain malah menjadi inspirasi bagi kita. Istilahnya, kita alihkan membandingkan diri sendiri dengan orang lain menjadi sumber inspirasi positif. Kalau tadi kan membandingkan diri sama orang lain itu bikin capek aja saya bilang? Beda lagi kalau perbandingan itu bisa menimbulkan semangat dan motivasi yang membangun. Meneladani orang itu dan membangkitkan jiwa kita, sehingga diri kita bisa lebih baik dengan cara kita sendiri.

untukku amalku, untukmu amalmu. Amal untuk diri kita ya hanya bisa dilakukan oleh kita, nggak mungkin amal kita dikerjain orang lain.. enak adjahh. Kan, gitu? :D

Ya sudah.. kita awali dengan menerima diri kita. Bersyukur. Memaafkan kesalahan diri. Kita pahamkan, kalau diri kita adalah karunia dan wujud kasih sayang Allah yang telah Dia berikan. Mangats cuy...

dan, jangan lupa, berubah lebih baik karna LILLAHI TA'ALA :))

Comments

Popular posts from this blog

Celengan rindu

Apa itu Vaginismus? Bagaimana islam memandang?

Review Film Jakarta Unfair dan opini mengenai permasalahan kemanusiaan di Indonesia