dialog klise di bus dan 'baju pramuka'

terekam jelas dalam ingatanku, wajah seorang ibu yang duduk di sebelahku.

Kemarin, aku tidak punya rencana untuk pulang. Sudah berhari-hari aku memendam rasa rindu dan ingin melepasnya layaknya teman-temanku yang sudah lebih dulu menemui rumah asalnya. Ya sudahlah, hidup kita bukanlah hidup orang lain, nikmati saja.

Dengan kemantapan hati, akhirnya aku memutuskan pulang juga. hal yang terpenting ketika pulang adalah, mencari sesuatu yang bisa membuat aku berada di terminal. setelah dapat, segala yang ingin aku bawa pulang, kubereskan. seperti biasa aku membonceng dengan penuh khidmat sembari merenungi setiap hal yang ada di pinggir jalan. sampai di terminal, Alhamdulillah bus siap berangkat, jadi tak perlu menunggu terlalu lama di dalam bus. karena bangku sudah hampir penuh, jadi aku duduk sedapatnya saja.

"sini mbak, sebelah saya." seorang ibu yang tengah sepuh menawarkan, agaknya beliau mampu membaca gerak-gerik dan pikiranku.
"oo nggih,  buk." jawabku singkat.
"njenengan mandap pundi?" tanya ibu berkerudung ungu muda itu dengan berbahasa jawa.
"kula bawen" jawaban singkatku datang lagi.
"mbak.e sebelah mriki, kula magelang" ibu itu mengangkat tubuhnya dan mempersilakan aku untuk duduk di sebelah jendela dengan maksud agar turunnya nanti tidak terlalu ribet.

dudukku tidak terlalu nyaman kali ini, karena ya itu tadi bawaanku yang rada lebay. jadi, kali ini aku memutuskan untuk tidak tidur selama perjalanan karena nggak nyaman. bus pun mulai memutarkan rodanya dan mengangkut penumpang beranjak dari terminal.

"mbak.e asli mbawen napa pundi?" ibu yang duduk di sebelahku memecah heningku menatap jendela.
"kula salatiga" aku berusaha menjawab yang setidaknya orang itu kenal dan mengerti.
tetapi, ibu itu menimpali lagi "daerah.e pundi mbak?"
ibu itu sepertinya tahu daerah-daerah situ. tanpa keraguan aku membalas beliau, "bringin"
lagi, aku menjawab dengan daerah yang setidaknya beliau tahu walaupun sebenarnya kampung halamanku bukan di situ, tapi dekat-dekat situ *eh
daaaan seterusnya... ibu bermata sipit dan berpipi cabi dan sepertinya sudah memiliki cucu itu terus mengajakku ngobrol. sehingga membuat aku sukses dengan rencanaku tidak terlelap di bus.meskipun beliau sudah terlihat sepuh (red : tua) tapi seolah-olah pikirannya masih menggelora dan ingatannya kuat. beliau pun terlihat sehat bugar. ah, aku jadi teringat sosok nenekku yang sudah tidur di dalam tanah. rinduku semakin menyesakkan dada..
ibu itu bercerita kalau beliau naik bus karena seorang perempuan yang melambaikan tangan saat bus akan berangkat tadi sedang tidak enak badan, jadi tidak bisa mengantar sampai magelang. dari situ, aku yakin kalau ibu ini orang yang ramah, terbukti dengan tanpa sungkan beliau mengajakku ngobrol.

"mbake sekolah pundi? kok seragame koyo pramuka?" tanya ibu itu keheranan.
hmm parka angkatan yang aku pakai ini disangka orang seperti baju pramuka. ya wajar saja, karena kantongnya di mana-mana, warnanya hijau army, dan di lengan kanan atas bertempelkan merah putih. parka angkatan kelas kuliahku ini memang agak unik bagiku, tapi nyaman dipakai. biarkan saja orang berkata apa.. hehehe
"mboten pramuka niki. niki jaket angkatan ting kelas kuliah." aku berusaha meyakinkan.
"ooo.. kuliah ndi mbak?"
"UGM"
"fakultase opo mbak?"
"jurusan keperawatan, fakultas kedokteran" aku pun menjawab begitu, agar tak disangka aku anak kedokteran, sebagaimana halnya orang awam mengira.
"pun semster pira ?"
"kula nembe semester setunggal buk."
"akademi keperawatan?"
"mboten, ting UGM mboten wonten akademi keperawatan. kula mlebete sarjana"
"anak e kula enten sing S2 UGM tapi mboten dipendhet, saiki kuliah ning australia. mbiyen S1ne ning undip sastra inggris. trus njipuk UGM ketompo Hbungan Internasional. ora sido ning ugm, neruske ning aaustralia saiki mbak."
dalam batinku, wuh kece sekali.. S2 di australia :))
"oo HI niku...."
belum sempat aku berkata-kata lagi, ibunya melanjutkan penjelasannya yang sempat terhenti hingga aku jawab tadi.
"mbak,e ketompone jalur tulis opo snmptn?"
"kula jalur sbmtpn"
"oh, sbmptn."
" nggih bu.."
"anak kula sing mbarep kuliah ning udinus, sing nomer loro ning unnes. trus adine kula nggih ana sing dadi dosen. mbake mau sarjana yo?"
"nggih bu. keprawatan ugm mboten enten  ingkan diploma." jelasku
"nek sarjana dadine dosen opo kepala ruang kui ya mbak?"
"nggih biasane kepala ruang.. menawi dosen nggih kuliah S2 malih biasane."
"iyo mbak. mending sarjana. nek kuliah D3 ngko ndadak kuliah meneh nak arep dadi dosen. adike kula niku nggih dosen. saiki nyambi S3 ning ugm. dadi dosen ki gaweane akeh yo mbak. adiku disertasine lama banget, soale yo disambi dosen kui mau."
"....." aku hanya membalas dengan sebilah sneyuman tanda aku paham.
percakapan itu tak terus dilontarkan oleh ibu itu. sesekali ibu itu membangunkanku dari menatap layar hp dengan bertanya-tanya.
"mbake sing ngati-ati. saiki akeh aliran-aliran sesat. ning kampus kan akeh aliran iki-iki. anakku kabeh ya kula kandani ben ngati-ati. bahaya soale mbak. dijogo mbak." ibu memberiku nasehat sambil mengelus lenganku.
"nggih bu.. kula nggih ngati-ati niki."

...
ibu itu menelpon seseorang, sepertinya beliau tengah memesan agar dijemput. aku mengira beliau akan segera turun karena aku tahu kalau tempat yang beliau maksud sudah hampir sampai.
"turun dulu ya mbak" pamit ibu itu kepadaku
"oo nggih" balasku singkat usai menatap hp.
ibu itu turun. ingatanku melayang pada seorang nenekku. balik lagi ke ibu itu, beliau sudah hampir sepuh tapi ingatannya dan inteleknya jalan. ya, tidak diragukan lagi, karena memang keluarganya sepertinya berpendidikan, termasuk beliau. sudah. aku tak ingin berandai-andai tentang nenekku..

bangku sebelahku pun kosong. kuletakkan helm di bangku kosong demi melonggarkan tempatku duduk. tak lama berselang, seorang bapak2 datang dan meminta izin duduk di sebelahku. helmku kembali dalam pelukan.

"sekolah di mana mbak? kok pakek baju pramuka?" tanya bapak sebelahku keheranan.
"ini bukan baju pramuka, tapi jaket angkatan."
"angkatan apa mbak?"
hadeuuh salam menjawab ya aku? mungkin bapaknya mengira kalau aku suatu angaktan apa gitu.. angkatan darat? laut? udara? aku segera menjawab, "maksudnya angkatan di kuliah pak."
"kuliah... kuliah semester berapa mbak?"
"baru semester satu."
"turun mana mbak?"
"bawen."
"rumahnya bawen apa di mana?"
"saltiga .."

 entah apa.. aku ingat kalau bapak itu sempat berpesan padaku, "hati-hati mbak, sekarang orang yang dicari malah yang pendiam-pendiam, pake kerudung..........(dst)". aku lupa apa saja yang diucapkan bapak itu. ingatanku samar-samar karena aku tidak terlalu fokus waktu itu..

dari percakapan di bus itu, khususnya dnegan ibu-ibu tadi, aku belajar banyak hal. merasa malu dnegan ibu itu.. tanpa sungkan beliau mengajakku ngobrol dan memberi banyak keteladanan walaupun tak secara lugas beliau sampaikan. sederhana memang, maknanya yang dalam. tak bisa aku menerka sembarangan.. tapi dari sini pembelajaran itu ada.

Comments

Popular posts from this blog

Celengan rindu

Apa itu Vaginismus? Bagaimana islam memandang?

Review Film Jakarta Unfair dan opini mengenai permasalahan kemanusiaan di Indonesia