nggak bakat phycika
Truly.. my bent is not
physics. My deepest heart said. (btw iki b.inggku mboh bener mboh salah -_-)
Tiap kali aku bertemu pelajaran
fisika di kelas, tiap kali pula pelajaran itu menyadarkanku, bahwa aku masih
sangat bodoh. Terlebih, kalau tiba saatnya berlatih soal-soal, semakin terlihat
saja kebodohanku. Kadang juga mikir, ini urusan dunia, kenapa aku masih juga
belum bisa menuntaskannya ketika teman-temanku banyak yang paham. Tidak ada
kesimpulan akhir dari semua ini, jika mereka bisa menyelesaikan satu paragraf
berisi cerita cerita fisik beserta angka-angkanya, sudah tentu mereka cerdas.
Ya, itu sih padnanganku aja, mungkin
setiap orang bakal punya persepsi lain. Mari kita lihat..
Mungkin ada, sebagian orang yang
tanpa waktu yang lama, dengan encernya menerima penjelasan dari guru di kelas.
Sekali dijelaskan, mereka langsung menangkap dan mampu menjawab soal-soal dari
yang mudah hingga rumit. Dan ada pula, pada waktu dan keadaan yang sama,
sebagian orang masih belum mengerti setiap kata yang keluar dari mulut sang
guru. Pun ketika mereka dihadapkan pada soal yang sama dengan sebagian orang
yang ‘encer’ tadi, mereka merasa kesulitan. Oh iya, mungkin ada juga sebagian
ornag yang terbilang rajin, sebelum tiba pelajaran yang akan dibahas keesokan
harinya, mereka sudah mempersiapkan sehari sebelumnya dengan membaca materinya.
Tapi, orang-orang ini mungkin juga masih punya dua kemungkinan, paham atau
masih belum paham.
Sebenarnya, kalau kita tinjau
dari berbagai aspek, banyak banget faktor yang mempengaruhi kecepatan
pemahaman. Misalnya? Coba deh, sekali-kali awasin wajah-wajah teman-temanmu.
Hehehe..
Pelajaran yang sedikit banyak
membuatku baper tak lain dan tak bukan ialah f-i-s-i-k-a.
Aku yang tengah duduk manis di
atas kursi kayu dengan berbagai kesibukanku, teralih konsentrasi. Seperti ada
bayangan yang menghalangi cahaya siang yang menerangi mejaku. menoleh saja.
Seorang temanku, sambil menenteng buku fisika dan sebuah pensil, berdiri di
sampingku seakan ia berbicara, “ajari, non”. Kesempatan, peluang, ladang amal,
bukan? Ketika seorang teman meminta diajari sesuatu. Pastinya. Sayangnya, aku
masih terlampau bodoh tidak menggunakan kesempatan ini dengan sebaik-baiknya.
Andai saja, aku kemarin belajar atau tadi atau apalah pasti dengan lancar soal
yang diajukan teman-temanku itu berlalu dengan indah. Seharusnya, aku
memanfaatkan kesempatan semacam ini untuk mengetes seberapa jauh kemampuan diriku.
Seharusnya.. seharusnyaa... seharusnya..
Akhirnya, temanku berbalik badan
pergi menjauh dari tempat dudukku tanpa senyum yang terukir di wajahnya yang
biasa nampak usai paham akan persoalan. Berulang kali aku katakan maaf padanya
beserta saran agar bertanya pada yang pintar. Tak lama kemudian, perasaan itu
muncul di benakku. Ribuan pertanyaan memenuhi kepalaku tiba-tiba. Jangan
bilang, mereka menghampiriku utntuk bertanya soal fisika sebab mereka
mengganggapku pandai dalam mengotak-atik fisika, jangan! Sekali-kali jangan!
Ujung-ujungnya pertanyaan itu sampai di puncaknya, kenapa dulu aku ikut olim
fisika?!?!?! Mungkinkah sebuah takdir ? bukanlah, tidak mungkin, ah. Murni
kesalahanku, kok.
Pada kenyataanya, aku belum mampu menalar soal yang dilukiskan. Belum
mampu meruas-ruaskan rumus ke sana-kemari. Belum mampu berpikir jauh ketika
soal itu menguras otak untuk berpikir. Belum mampu.. betapa pun terlihat mudah
soal tersebut, nyatanya aku masih belum mampu.
Tetapi.. aku begitu yakin dan mampu (pasti) akan ada bidang lain yang aku
bisa belajar karena apa-apa yang telah aku alami tentang fisika
TERIMA KASIH FISIKA ! L-O-V-E
Y-O-U :*
Thursday, 28 Januari 2016 | 18.00
pm
Comments