GC, tak menarik lagikah?

tahun 2016 lalu di mana saya masih maba, alhamdulillah sempat bertemu sekaligus berdiskusi bersama salah seorang kakak tingkat akhwat. Beliau ini memang banyak dikenal di kalangan mahasiswa sebagai seorang aktivis, baik aktivis daawy maupun ilmy.

Darisitulah awal mula insight saya terhadap ilmy mulai terbuka. Menarik sekali ternyata perjalanan ilmy di kampus biru ini. Beruntung pula saya ditakdirkan tergabung di GeCe. GC merupakan UKM di UGeeM yang bergerak di penelitian dan pengkajian interdisipliner. Kalau dikategorisasi, gc termasuk dalam organisasi keilmuan. Fyi, di sana banyak orang2 prestatif yang bikin berkali-kali taksadar kita akan ngomong W O W.

[ tapi, jangan bertanya tentang saya sebagai anggota GC, punya prestasi apa? -_- ]

nah, kembali ke awal saya bercerita..
setelah sekian lama saya dan teman berdiskusi tentang keilmuan di ugm bersama Mbak-mbak, mbak tsb memberi kami beberapa file bacaam tentang keilmyan. gatau kenapa, saya seneng ._.

.
.
.
.

sekian lama pula ternyata saya lupa untuk membuka dan membaca softfile itu. salah satu softfilenya ada yang bercerita tentang cikal bakal berdirinya si gc ini. hmm masyaAllah..

Saya tidak bisa membayangkan bagaimana ghiroh orang2 jaman dulu waktu itu yang mendirikan GC ini. Pun bagaimana dulu nafas keilmuan berdinamika dalam wadah GC.

tetapi, dengan jaman now yang semakin banyak distraksi.. tlah banyak yang unggul di berbagai bidang dan berbuah prestasi nan membanggakan. distraksi, maksudnya semakin banyak orang yang bernafsu mengejar prestasi, mencoba mengurai masalah beriring solusi melalui apresiasi oleh penyedia kompetisi. Atau mendewa Ipeka demi dunia kerja yang semakin ketat saingannya.

tapi, toh.. sampai sekarang pun masih banyak pula aktivis yang semangat bergerak, aksi, dll, kemudian akademiknya meluruh perlahan. Inipun saya juga merasakan..

Yang menarik itu, tentang perjuangan para pendahulu yang ingin membackup para aktivis dari sisi akademik dan prestasinya melalui organisasi keilmuan. Nggak tau juga sih kalau saya salah tangkap. Sebab, problemnya aktivis dikenal lulusnya lama.. ipk nggak tau lagi berapa.. itu menjadi keprihatinan tersendiri.

Yah, pada kenyataannya, seakan sekarang ini mereka udah mulai banyak lulus dengan hal itu. organisasi oke, ipeka kumlaude, pribadi kece. yaw paling beberapa gelintir saja yang masih tertatih-tatih..

tapi..
bukankah ada hal yang lebih abadi daripada prestasi?
yaitu tentang nilai ukhrawi dalam diri?
mungkin prestasi dunia membuat kita banyak dipuji..
lalu apakabar ruhiyah dalam diri?
jangan-jangan mereka mulai menjauh dari diri ini?

yaudah kalau ini tak menarik lagi!

Comments

Popular posts from this blog

Celengan rindu

Apa itu Vaginismus? Bagaimana islam memandang?

Review Film Jakarta Unfair dan opini mengenai permasalahan kemanusiaan di Indonesia