saya sebut, kapasitas.

pertanyaannya, benarkah manusia telah diberi kapasitas yang adil oleh Sang Maha Pencipta?

namun, saya yakin, meskipun saya masih merasa sulit melakukan, hal ini benar : setiap manusia diberi kemampuan yang sama, yang membedakan hanyalah tingkat kemalasan.

jleb, bukan?

ahiya, mungkin saya orangnya suka baper yha? jadi yang dibicarakan hanya memutar-mutar soal perasaan. apa-apa perasaan. apa-apa 'saya merasa'. dan begitulah, bagaimana karunia perasaan itu haruslah dikelola.

sebut saja mbak Goal, beliau mengatakan bahwa, iri merupakan karunia dari Allah SWT. Tidak mungkin sifat itu kita hilangkan dari diri kita. sebab, itulah sifat manusia. mengapa Allah menciptakan iri sih? kenapa coba? bikin dosa saja. yha, mungkin itu perspektif yang kini banyak beredar. iri mengacu pada hal yang bebrau negatif, padahal.... padahal apa? sifat itu harus kita kembangkan. kita arahkan tuh sifat iri kepada hal-hal yang positif, misalnya iri dengan orang yang rajin beribadah dan tinggi ilmunya. iri pada hal-hal akhirat dan ibadah. jangan iri dalam hal dunia. ah, aku pengen kaya, punya mobil seratus, punya rumah berharga trilyunan.. begitu, kata beliau.

dan tiba-tiba saya terpikir, berarti bisa jadi setiap manusia itu memiliki kapasitas yang seimbang dong. kan namanya 'manusia', beda dengan hewan. baru ketika kita membandingkan manusia dengan hewan, maka jelas kapasitas mereka berbeda. kemudian, yang membuat saya berpikir lagi, selain manusia diberi kapasitas, ia juga diberi karunia waktu yang dua puluh empat jam lamanya dalam sehari. tetapi, dalam dua puluh empat jam tersebut, tiap insan menghasilkan keluaran yang berbeda. ndak mungkin sama. dan tenryata, ada sesosok manusia yang sudah di ujung sana membawa berkarung-karung kebermanfaat yang tiada tara, ada yang masih di sini tanpa beban apa.

hope us always blessed by Allah SWT.
kesempurnaan datangnya dari Allah, dan kekurangan itu datangnya dari diri saya sendiri.. :)
'afwan minna

Comments

Popular posts from this blog

Apa itu Vaginismus? Bagaimana islam memandang?

Celengan rindu

Review Film Jakarta Unfair dan opini mengenai permasalahan kemanusiaan di Indonesia