gara-gara olim fisika -_-

Mm.. SMA. Kata orang inilah masa-masa bersenang-senang. Apa iya? Ah, coba buktikan sendiri. Sebagai remaja yang baru saja lulus SMP, tentunya aku masih sangat kepo dengan lingkungan baru di sekolah baru. Ekstrakurikuler dan organisasi di SMA ini sangat beda jauh dengan SMPku dulu. Selain SMPku adalah esempe yang biasa-biasa saja (bukan unggulan di kota), smp juga kegiatannya masih terbilang sederhana. Di awal sekolah, aku mencoba ikut organisasi SKI, ekskul KIR, pramuka (wajib), daaaannnn olimpiade fisikaaa u,u
       Pas awal awal, rasanya padet bgt tuh dalam sepekan. Udah pulang sekolah jam setengah tiga coba -,-. Belum lagi jika ada tugas dan ulangan. Weeuhhh sumpah, aku merasa kerasnya hidup di esema. Tapi ingat, ini pilihanku. Yang mau nggak mau harus kujalani, sekali lagi ini pilihanku.
      Pada suatu pelajaran, ketik aku duduk di kelas sepuluh, seorang guru fisika perempuan berambut sebahu menawarkan olimpiade dan formulir bagi yang berminat. Nanti akan ada seleksi berupa tes tertulis. Entah ada apa, aku coba-coba ikut dan memberanikan diiri menarik kertas pendaftaran. Apa gara-gara aku dulu waktu smp ikutan olim fisika? Trua pengen dilanjut lagi? ENTAH, aku tidak tau!!
      Beberapa hari setelah itu, disiarkan pengumuman dari kurikulum " bagi yang berminat ikut olimpiade nanti istirahat berkumpul di ruang multimedia". Whoats, aku sama siapa ya. Karena aku belum begitu kenal jauh dengan teman-teman sekelasku, aku tidak tau dan sepertiny tidak mau tau siapa saja yang mau ikut olim (red:malu). Aku lupa waktu itu akhirnya sama siapa ke mulmednya. Di mulmed aku merasa benar-benar kecil sekecil-kecilnya. Ih, orang-orangnya kok serem bgt ya kayaknya. Mereka tu udah kayak albert einsten yang dibalik keluasan jidatnya di dalamnya terdapat trilyunan neuron yang sennatiasa berkesinambungan dalam menyelesaikan soal olim kelas dewa. Mata mereka berbinar-binar, tatapannya tajam, bila mereka tak sengaja menatapku dan aku yang sengaja menatap tiap sudut wajah-wajah mereka, aku serasa tertohok kembang kempis paru-paruku. Apalagi, aku yang alergi ase, di ruang itu dinyalakan ACnya, lengkap sudah rasa minderku dan semakin memacu telapak tanganku mengeluarkan tetes demi tetes air. Jujur, aku minder. Di benakku ada rasa penyesalan mendalam mengapa aku harus menuliskan namaku di kertas itu. Nah, pada kesempatan ini dibacakan tentang olim, guru pembimbingnya nanti, dan siapa aja yang tergabung dalam kegiatan orang jenius ini (kecuali aku). Kawan! Fisika cuma ada ... *kalo nggak salah* kurang dari sepuluh orang! Wah, aku antara sennag, gembira, bahagia, dan sedih, haru, menyesal. Kenapa? Ya enak aja, mungkin aja nanti gaperlu ada tes seleksi xP. Bandingkan saja dengnan olim lain, ada yg sampai 20 manusia! Dan benar saja, fisika tidak ada seleksi alam. Yeeeay
     Olim dimulai....
      Pertama kali olim, ada berapa orang ya, aku lupa. Yang jelas di dalam lab. Fisika aku minder bgt. Olim mayoritas laki-laki itu membuat nyaliku ciut dan adrenalinku tidak bekerja sama sekali. Pertama masih biasa saja.. aku sih cuma senyum-senyum aja, *kalem* kaku seperti robot yang kemarin sore baru dibuat u.u
      Waktu kan terus berllau, begitu juga dengab olim aneh ini, siswanya juga makin lama makin berlalu. Satu dua mulai tidak menampakkan diri di ruangan kuno itu. Singkat cerita, kini tinggallah A, S, dan aku. Wiiihh aku keren ya xD -_-. Namun bwberapa waktu lagi, ada anak paski yang kini hampir telah menjadi sahabat karibku, dia mengakui jika aku ini sahabatnya, inisialnya N, sama seperti huruf depan namaku ^^. Setiap bimbingan, aku lelah. Seringkali tidak fokus, mungkin karena aku sedikit tidur *curcol*. Jam tiga mulai, jam setengah limaan selesai. Begitu... di setiap kamis. Kami berempat duduk di bangku paling depan, sebab hanyalah kami penghuni lab menyeramkan itu. Memperhatikan gemblengan pak guru B yang **lak, tak menyurutkan langkah kami dalam menebar tawa kecil yang menghapus rasa lelah. Sebenarnya di balik tawa yang terukir di wajahku, selalu ada rasa penyesalan dan minder dalam pikiranku. Aku tidak mudeng dengan alunan materi yang di tumbuk keras oleh guruku. Keras sekali di telinga, tapi tetap saja, aku ngantuk. Ketika aku mendeteksi wajah kawan di kanan kiriku, perhatiaannya begitu tulus, geriknya meneriakiku uuntuk serius! Tapi apalah daya, otakku tak sampai. Di sinilah, aku sebagai makhluk bodoh yang menyianyiakan ilmu dengan enaknya..
     Olim suwung ini kini cukup memberi warna dalam hidupku. Kenangan berempat tertoreh dalam bingkai olim fisika. Mendekati OSN, kami diutus sekolah untuk ke UKSW agar diguyur ilmu oleh dosen di sana. Saat saat seperti inilah yang kami tunggu, memperoleh kertas putih bertuliskan tidak mengikuti jam pelajaran ke--. Ah, bahagia. Tidak ikut ulangan, tidak ketemu guru ini, tidak ketemu pelajaran itu. Kami ini siswa Indonesia macam apa ya :').
       Seru sekali. Mengembat jam yang seharusnya belum saatnya kami keluar kelas, kami memang nakal. Seperti kata orang, masa SMA adalah masa membahagiakan. Satu waktu saking kami istimewanya bak raja, guru fisika mengantar kami dengan mobil pribadinya ke UKSW yang jaraknya hanya terpisah oleh jalan yang muat dilewati 2 pick up sekaligus. Pernah juga, karena belum saatnya dimulai, kami sudah berdiri di antara lalu lalang mahasiswa. Bahagia sekali, menikmati rindangnya pepohonan di universitas swasta ini, begini toh yang namanya universitas, kagum. Kami sudah seperti sejajar dengan para mahasiswa, duduk di ruangannya, belajar di lab fisika yang kursinya tak dapat kududuki dengan sekedar melonjak, diajar dosen lagi ^^. Pada waktu itu, pernah, pak dosen selesai mengajari ilmu pada kami. Tapi kami belum juga pengen beranjak dari ruang kelas nahasiswa ini, menunggu agar jamnya pak/bu guru di masing-masing kelas kami itu berakhir dulu. Di situ kami ketawa-tawa puas sekali -_-dan secara tidak langsung diusir sama pak dosen akhirnya. Malu.Banyak sekali cerita di ukaeswe yang tidak mampu kutuliskan satu satu di sini. Selain itu, kami juga diajar oleh dosen dari undip kalo nggak unnes di sekolah.. special sekali ;))
     Ha min beberapa hari OSN terlaksana. Hari itu masa -masa belajar di rumah karena kelas xii sedang melaksanakan ujian apa gitu, tapi kami harus berangkat untuk belajar olim di sekolah. Saat kami istirahat, ada seorang kakak kelas laki-laki masuk ke lab di mana kami belajar, dengan gayanya yang aneh *menurutku* dia memberikan kami beberapa buku olim fisika *eh meminjami. Siapakah dia???
      Baik, akan kuceritakan.
       Namun sayang, tanggal tanggal bersejarah itu selama kami berkecimpung di dunia olfis tidak kutulis, sehingga aku hanya mengatakannya dengan pada waktu itu..
       Kakak kelas duabelas yang meminjami buku kepada kami tadi, masuk ke lab dan mengajari kami. Oh iya ada juga mas yang satunya lagi yang masuk. Wah 'mengajari'. Pasti kamu terbesitkan, kalau mengajari pasti mereka sudah memiliki ilmu dan prestasi. Yaps, benar! Mereka anak olim fisika di masanya. Mustahil sekali pasti, ngasih buku olim tanpa sebab pasti xD. Awalnya kami tak jelas dengan nama mereka, tetapi lambat laun kami mengenal nama sekaligus sosok mereka.
      Pertama-tama, sebagai adik kelas yang begitu menghormati kakak kelas, kami tampak ngeh dengan apa yang dijelaskan, tapi kupikir.. hanya aku yang tidak nyantel dengan materi fisika. Aku inhat betul, waktu itu si A teman sekelasku duduk di sisi kiriku, dan N beserta teman sekelasnya, S, duduk di samping kananku. Pelajaran pertama, sederhana, kami di suruh maju ke depan kemudian menuliskan gaya-gaya bekerja. Ditawari siapa yang berani. Akhirnya dari A dulu, ya benar jawabannya! Hah? Sekarang giliranku? Duh, malu. Mungkin itu sesuatu yang aneh dan lucu, tapi aku benar-benar memalukan. Akhirnya, aku enggan maju memegang spidol. Hahaha...
      Sesungguhnya kami waktu itu berbisik kecil, karena kami tidak tahu nama kedua kakaj kelas jenius yang beda kelas itu. Karena mas yang pake jaket hitam jaketnya nggak pernah dilepas, mungkin tidur pun tetap dikenakan, sehingga kami tidak jelas dengan perkenalan nama di awal dan siapa nama lengkapnya. Sedangkan mas yang berpostur lebih pendek dari mas jaket hitam, namanya R****** C.P., itu nama yang kuingat di jahitah nama pada baju batik yang warnanya aneh, biru-biru kaya kena luntur padal enggak. Beberapa kali kami diajari, terselip juga tawa di tengah-tengah absurdnya soal fisika. Mereka lama-lama saling curhat pada kami dan berbagi cerita tentang apapun. Keduanya pantas diteladani, meskipun bentar lagi UN tapi mereka semangat sekali. Katanya, udah bosen belajar UN, emang udah sejak dulu pengen ngajarin adik kelas, dll.
       Kakak kelas yang paling sering menerangkan materi di papan tulis lab fisika itu ternyata namanya M. A**** A. kenapa lebih sering? Karena dia sangat mencintai fisika. Mas R juga ngajarin, tapi sebentar-sebentat. Mas R lebih sering duduk di depan komputer buluk yang gapernah dipake di lab. Mas A ini sekarang sedang menempuh jurusan fisika di universitas yang sesungguhnya bukan keinginannya pas awal. Prestasi yang diraihnya dalam budang fisika pun keren, yang kutahu dia menang OSK, sampe OSP, pernah ikutan wopho atau Ipho, menang lomba olim yang diadakan oleh univnya sekarang, dll. Orang yang satu ini benar-benar cinta dengan yang namanya fisika, apapun dia bisa, asalkan f-i-s-i-k-a. Untuk mas R, kini dia menempuh ilmu jurusan stei di institut yang sebenarnya bukan keinginannya pas di awal. Dulu dia sempat frustasi gara-gara hal ini. Jadi mereka berdua ini seperti silang choice. Mas R memiliki pengetahuan yang luas, selain dia jenius fisika, dia juga ahli debat, dan sempat menjuarai berbagai lomba di mana-mana. Apabila ditanya tentanga apa, dia mampu menjelaskan dengan analisanya yang luar biasa. Tahu nggak sih? Mas R ini umurnya baru 16 ketika ia di kelas xii! What? :o malahan lebih tua aku ketimbang dia. Tapi dia benar-benar jenius, sehingga dia mampu akselerasi. Keren sekali. MasyaAllah..
       OSK pun tiba.. tahun ini diselenggaraka di SMA Kriste n yang letaknya dekat dengan MTs Negeri. Di berbincangan dan pertemuan terakhir dengan pak B akhirnya diputuskan, yang mewakili olim fisika dari SMA kami yaitu A, S, dan aku. Untuk kawan kucingku, N, belum karena dia baru aja masuk. Yah, kenyataannya, olfis ini aku tidak segreget olim matematika SD dulu yang dibela-belain di rumah guruku seharian. Hari H telah tiba. Tidak semua cabang olim dilangsungkan pada hari ini. Fisika termasuk pada hari pertama. Tidak dapat diutarakan betapa minder dan groginya aku. Meski teman-teman menyoraki kami yang mewakiki olim, aku tetap merasa bersalah telah menceburkan diri dalam lubang olimpiade. Aku tidaklah sepintar dan sejenius mereka-mereka. Tapi, apapun harus kujalani, sekali lagi, ini pilihanku. Kami berangkat diantar oleh mobil sekolah dan mobil pribadi dari bu guru. Kalau dulu aku olim pertama kali sepanjang sejarah aku deg-degan, tanganku dingin beku. Tapi tidak untuk olim kali ini, aku memprediksi, mungkin aja aku kalah *jangan ditiru, perangai buruk xD*. Tiba di sana, kami disuguhi snack dan kertas tanda tangan. Hmm tapi aneh, nggak dikasih nomor peserta yang biasa mengalung di leher, kali begini aku tidak bisa menambah bingkai kenangan menjadi peserta lomba di rumah. Masuk ruangan, terasa biasa saja. Kami bertiga mendapat kursi pojok kiri paling depan, setelah itu SMA 2 dan seterusnya. Kulihat wajah-wajah peserta yang ditumpangi beban dipundaknya untuk melakukan yang terbaik demi sekolah mereka. Di ruangan itu, aku merasa kecil, karena yang lainnya besar-besar .-. . Fisika itu istimewa, soalnya berupa uraian dan tersedia satu lembar jawab kosong untuk satu soal, tidak seperti olim lain. Aku malas membahas ini, yang jelas aku paling tidak bisa mengerjakan waktu itu, melirik peserta lain, mereka begitu serius menatap soal dan mengerjakannya, semakin menggerus nyaliku, rumus-rumus yang kuhafal jadi seperti debu yang tersapu oleh angin dan tak mampu kutangkap. Puncak perjuangan belajar olim fisika telah usai, tinggal menunggu hasil. Benar, aku tidak lolos dengan temanku S, hanya A yang lolos untuk maju ke provinsi. Kesimpulanku, OSK telah usai, tidak terasa ternyata aku mewakili sekolah dan belajar bersama kawan-kawan dan kenal dengab kakak kelas. If you never failure, so you will never grow up.
      Menjadi anak olim, memiliki nama tersendiri dibanding mereka yang tidak ikut. Dalam keseharian di kelas, tidak jarang kami menjadi perhatian oleh teman-teman. Walaupun aku sangat kurang jenius dalam hal fisika, dan mereka tidak tahu yang sebenarnya, aku tetap dicap sebagai anak olim fisika. Kelebihannya, meski nilai jelek, tapi mungkin bagi mereka kami tetap baik-baik saja, padahal tidak.
     Sampai kini, kami berempat masih terasa memiliki ikatan pertemanan yang mengikat. Kami merasa ada kekompakan tersendiri yang tercipta gara-gara pertemuan rutin tiap minggunya. Namun, aku sudah mulai bosan dengan kebodohanku di fisika. Tahun depan masih ada OSK, tapi yang jenius cuma A. Kemungkinan dialah yang akan maju kembali. Lomba fisika tidak hanya yang diadakan oleh dinas, tapi juga banyak yang dari univ-univ. Jadi, kadang juga kami ingin ikut.
       Meski bimbingan terasa telah usai, tapi pertemanan yang terjalin pada kami terasa tidak usai. Kadang kami juga berkumpul di lab bersama kakak kelas yang telah menjadi alumni untuk sekedar bercanda ataupun berbagi ilmu. Olim fisika terasa memiliki faktor x yang tidak seperti olim lain. Kami masih menjaga hubungan baik itu hingga saat ini.
      Kini kami berempat telah menginjak kelas dua belas... dan kakak kelas telah mendapat dua semester di kuliahnya ...
      Doakan kami agar dapat menjadi orang sukses dunia maupun di akhirat dengan ilmu yang kami miliki. Dengan jalan yang kami tempuh. Dan dengan pilihan kami.


      "Gara-gara fisika aku pun punya cerita ini x 3 "
        *nada kahitna*

· Bila kamu tak tahan lelahnya belajar, maka kamua akn menanggung perihnya kebodohan ·
~Imam Syafi'i

Comments

Popular posts from this blog

Celengan rindu

Apa itu Vaginismus? Bagaimana islam memandang?

Review Film Jakarta Unfair dan opini mengenai permasalahan kemanusiaan di Indonesia