capek lelah, bismillah hijrah

pada akhirnya saya merasa pada titik jenuh atas hidup ini. jenuh karena jenuh hidup dan ingin mati saja. justru saya jenuh dengan pikiran saya sendiri ini.
entah sebab apa.. atau istighfar saya yang masih belum bisa menutup noda-noda dosa itu, entah doa siapa yang mendoakan saya dapat hidayah, entah saya pernah nolong orang, entah tulisan, perbuatan, atau akhlak siapa yang membuat hidayah itu lama-lama mengikis noda dosa dalam diri saya.
yap, jika diibaratkan dosa itu setebal kerak lumut, rasanya istighfar dan doa itu yang mengerok lumut sehingga lama-lama lumut itu hilang.
mungkin sebagian besar orang akan memandang saya sudah tersibukkan dengan banyak kebaikan. ya gimana engga, kerjaannya di asrama buat belajar agama, di kampus belajar kuliah, di organisasi pun dakwah. nikmat banget kan? iya bangets. sebagaimana orang bilang, kadang kita mengeluhkan apa yang orang inginkan. misal saya ngeluh karena capek di asrama, padahal ada sekian banyak orang yang pengen bisa masuk asrama tapi karena kendala orang tua nggak ngizinin, sibuk sama kuliah, atau nggak lolos masuk asrama tsb. begitupun kuliah di univ favorit seindonesia ini, tak terhitung lagi berapa ribu anak muda yang ingin masuk ugm tapi tak diizinkan Allah misal karena emang ngga lolos, ortu nggak ngizinin, bahkan kalau baca cerita di curhatanugm, ada yang udah nyoba sampai berkali-kali lipat cuman demi ngedapetin ugm. fix, kufur!

selama 2 bulan perjalanan saya di asrama baru ini, saya terus menerus merenungi, mengapa hidup saya tidak lantas berubah, kenapa saya tidak lantas berubah jadi baik. pengen gitukan seperti cerita orang tentang orang-orang yang berjuang di agama Allah tapi dunianya juga keren banget banget, pun dakwahnya juga jalan. nah saya iri yang kaya gini. suatu waktu saya sampai menumpahkan keirian saya ke pemandu saya waktu di pondok saya yang sebelumnya dan ke mbak murabbi.
ternyata apa? ada dua poin dari sini, dari mbak murabbi. beliau menasehati kalau syirik itu tidak hanya berkutat pada mereka yang menyembah selain Allah, ke dukun, atau memuja di kuburan, bukan. namun bisa jadi hal-hal kecil seperti ketidaksenangan kita kepada orang lain itulah yang mnegikis amalan kita dan menambah beban berat dosa kita sehingga berat pula beramal shalih. jadi yaa sekecil iri kepada kenikmatan yang ada pada saudara kita itu bisa saja yang selama ini menutup mata hati. kedua, dari ammah pemandu.sekitar satu jam saya bercerita kepada beliau tentang stresor yang saya alami, beliau menasehati kalau saya sebenarnya terlalu berfokus pada memenuhi targetan orang lain. padahal kita tahu, kapasitas setiap orang itu berbeda-beda. karena nggak sesuai sama diri saya, akhirnya saya kecapekan memenuhi targetan-targetan itu. sampai stres sendiri ketika saya ga bisa memenuhi targetan.

sudah seringkali saya merasakan ada gangguan kecemasan dalam diri saya. saya orang yang cepat merasa bersalah, lalu kalau merasa mengganggu orang lain (padahal bagi orang lain itu merasanya biasa aja) saya terus menerus meminta maaf. saya suka bikin status (story) tapi beberapa waktu kemudian saya hapus entah kenapa. selalu ada saja rasa tidak tenang yang menyelinap. ehehhe mungkin ini bisa dibilang cemas yang salah fokus. kan harusnya cemas ya cemas sama dosa, cemas kalau shalatnya gaontime, cemas kalau belum baca quran. ya ga siiih ehe ._.

kemudian saya merasa jenuh karena tidak bahagia. saya bingung apasih bahagia itu, katanya bahagia itu ketika kita bersyukur. yabener jugasi. tapi ko saya gabahagia.. setelah saya rennung-renungi lagi, bahagia itu salah satunya ya mendapatkan apa yang membuat kita bahagia. misal dulu pas smp saya pengen dapet ranking 1 un, eh akhirnya ngedapetin. nah di situ saya merasa bahagia. ya siapa yang nggak bahagia kan. trus kalo sekarang, ketika saya dapet nilai ujian blok bagus maka saya bahagia. tapi saat dapet nilai blok jelek saya sedih dan tidak bahagia.nah mungkin kaya gitu ya apa yang membuat kita bahagia.

yash... jadi dewasa bukanlah hal mudah. saat kecil dulu mungkin kita lebih bahagia, tapi gimana dengan masa sekarang? quarter life crisis. apalagi bagi orang kaya saya yang baru tersadarkan akan kebodohan di segala bidang di usia kepala 2 sekarang. ya gimana ga sedih dan punya targetan banyak ya,, karena zaman sekarang makin mudah tau pencapaian orang ntah di socmed atau di lingkungan sekitar. kadang ada bisikan, nah dia aja umur lebih muda dari aku tapi udah bisa semelejit itu..
ketidak seimbangan dalam berpikir ini kemudian berimpact sama hidup saya. berupa ketidakberesan di hampir seluruh hal, seluruh amanah saya. jadi ada benarnya kalau nkita mau membandingkan diri kita, jangan bandingkan diri kita dengan orang lain tapi bandingkan diri kita dengan diri kita yang kemarin (yang dulu). caranya gimana? kalau dulu aku lebih baik dari sekarang, penurunan dong? kalau dulu tak sebaik aku yang sekarang, peningkatan dong? nah jadii ayok lebih baik.

pernah nggak suatu ketika terdiam, lalu berpikir, sampai kapanpun kamu nggak akan pernah bisa jadi orang lain, kamu, cuma bisa jadi dirimu sendiir, sampai kapan pun, inget itu! bener, kalau kita pengen orang lain berubah, kita nggak bisa mengubah orang lain, kita cuma bisa mengubah diri kita sendiri. nafas juga cuma bersama badan ini dirasakan. maka siapa lagi yangakan kita banggakan dan sayangi kalau bukan diri sendiri? ini bahas self love, dengan tetap Allah juga dicintai dong.

benar kalau dulu saya pernah baca quote, kita nggak disuruh perang mengangkat senjata, tapi berperang melawan diri sendiri. diri sendiri yang suka males, mager, rebahan terus, main hape terus, dan lain-lain. semakin dewasa diri akan semakin dituntut terus progresif, cobaan, targetan, dan lainnya terasa bejibun. ya akhirnya saya juga mulai paham kenapa mahasiswa banyak yang mengalami gangguan mental padahal dia lagi di majelis ilmu. sampai-sampai di kampus ku sekarang banyak digaungkan mental health di setiap fakultas. karena emang perkara pikiran itu  ngggak semudah itu ferguso wkwk. emang beraaaats banget mau jadi besar tu. kalau orang lain kerjaannya kuliah pulang kuliah pulang, atau kuliah-skripsian-tiduran, nah macem saya ini harus bisa seimbang dan bisa memanfaatkan setiap bahkan setiap detik waktu untuk melakukan sesuatu yang sekiranya urgent dan penting. itu rasanya sangat-sangat nggak mudah dengan diri yang masih berproses dan tantangan zaman sekarang yang cenderung melenakan. belum lagi rasa capek-capek, badan panas adem pegel-pegel. sekarang saya percaya, ngatur diri sendiri itu susah, tapi bukan berarti nggak bisa. cuman butuh proses dan kesabaran yang terus menerus.

terbentur, terbentur, terbentuk...
kalau dulu ngafalin satu surah di juz 30 seminggu buat disetorin ke guru, nah sekarang setiap hari harus setoran 1 halaman, harus tilawah berapa juz, harus kuliah, harus ngerjain tugas, harus dakwah, harus ngaji, daaan banyak lainnya. tubuh yang fit, otak yang cerdas, hati yang jernih, dan kelincahan untuk bersegera berpindah dari satu urusan ke urusan yang lain tetap dengan usaha yang maksimal ya susah, ga bisa langsung bisa. di saat yang lain aktivitas apa dikit langusng capek langusng tiduran misalnya, tapi saya harus terus bergerak. maka lelah adalah keniscayaan. lelah itulah yang lama-lama terhasut oleh bisikan setan untuk menunda. ah, jadi inget kata Ustadz Sholihun kalau urusan kita yang banyak dan nggak selesai-selesai itu karena kebiasaan kita menunda. udah gitu sebagai manusia saya juga punya nafsu yang pengennya yang disuka aja yang nikmat aja. ngabisin waktubuat mainan hape, scroll socmed, makan enak, santai-santai yang overdosis, siapa yang nggak merasakan nikmat? ya kecuali mereka yang tingkat imannya udah high dan zuhudnya kebangetan wkwk. tapi bukan berarti trus kaya kaya gitu ngga bolee. sekadarnya saja.

hal yang bermasalah dalam diri saya dan lama-lama bikin capek yakni soal kehilangan ambisi dalam hidup dan kehilangan adab. emang, betapa ngerinya ketika orang itu udah kehilangan ambisi dalam hidup, ya orang itu bakalan hidup sekadarnya aja. nggak ada gairah untuk dapet ridho Allah misalnya. nggak pengen jadi yang terbaik. makanya kualitas-kualitas seseorang menjadi seolah menurun karena dalam melakukan sesuatu dia tidak memiliki ruh. kayak mau ujian gitu, kalau males dan nggak bisa menghilangkan rasa males yang memperberat jiwa itu jadinya bahaya banget padhaal dianya cerdas gitu. mungkin ambisi ini yang nantinya bakal merambah ke mana-mana, ke doa-doa, ke fokus, ke tekad, dan lain-lainnya. kedua tentang adab. adab apapun itu. saya merasa juga adab ini mempengaruhi segala aspek hidup kita disadari ataupun tidak. sebab adab itu terkait bagaimana kita membuat nyaman diri sendiri dan orang lain.

parahnya lagi, saya pandai banget nih ngajarin orang lain. gimana enggak, dalam sepekan saya ngementoring, ngajar tahsin, bahkan suka ngajarin netizen di medsos. tapi apa hasilnya? ketika nasehat itu belum mampir ke diri sendiri rasanya ya kopongan gitu ._. akhirnya diri sendiri ngisi terus dan malah collapse gini.

ahhh banyak juga tulisan saya ini. salah satu hal yang paling menguatkan kenapa saya bismillah memutuskan untuk membulatkan tekad jadi orang yang lebih baik, yakni optimisme kalau Allah maha Pengampun dan cuma saya yang bisa mengubah keadaan dalam diri saya. saya udah capek eh sering menceritakan kondisi dan keadaan saya keorang lain dengan berharap munculnya solusi. lama-lama bosen karena semua itu terasa nggak ada efeknya ke saya. karena sebagaimanapun dan sejauh apapun mencari nasehat, nasehat terbesar itu ada dalam diri. orang lain sifatnya pasti cuma bantu. tetep, cuma diri sendiri yang bisa mengubah. sampai kapanpun nggak pernah jadi orang lain. denagn keadaan pun, nggak akan berubah, sistem akan tetap berjalan seperti itu. maka mustahil kalau capek-capek berdoa sistem keadaan akan berubah. berarti kalau gini mungkin capacity diri sendiri yang harus dinaikkin, ditambah..

Comments

Popular posts from this blog

Apa itu Vaginismus? Bagaimana islam memandang?

Celengan rindu

Review Film Jakarta Unfair dan opini mengenai permasalahan kemanusiaan di Indonesia