futur

pernah nggak suatu saat ngerasa kok nggak semangat ya?
aku shalat tapi kok kayaknya tadi nggak khusyuk..
kok gampang males ya?
udah makan, tapi pengen makan terus..
pengen beli ini itu ini itu
kenapa lebih asyik maih hape daripada melakukan hal yang bermanfaat?
pengennya tiduran aja
belajar.. gampang ngantuk
.
.
.
.
.
dst..

mungkinkah kualitas ibadah diri ini turun?
lalu, Allah mulai menjauh dari diri ini?
inget, ibadah kita, amal sholeh kita, puasa, infaq, dll ku nggak mungkin dikerjain orang lain kalo aku nggak maksa diri ini ngerjain
pun gitu, ada tugas atau mau nykripsi, mungkinkah tugas/skripsi si X dikerjakan si Z?
nggak mungkin.. kalau diri kita ini mau lulus, dapet nilai, ya semua harus dikerjain sendiri (oleh diri kita sendiri).
kalau yang ngerjain orang lain, berarti yang lulus orang lain dong
inget, nggak mungkin kalau diri sendiri pengen selamat/lulus yang ngerjain orang lain
hm, contoh gampangnya nih : kalau pengen kenyang, menegakkan badan, ya harus memasukkan makanan ke mulut diri sendiri.
bisa sih dimasukkin orang lain, lah kalau udah baligh/gedhe masihkah disuapin sama orang lain?
boleh.. tapi bisa jadi orang itu sakit atau masih balita? sampe-sampe masih disuapin

hidup ternyata sesimpel ini ya. tinggal petik-petik hikmah keseharian, direnungkan, lalu dihubungkan dengan iman

trus.. nggak sengaja nemu postingan orang ini dan tak upload di WA story :
sehalus-halusnya musibah adalah ketika kedekatan kita dengan Allah perlahan-lahan tercabut, dan itu biasanya ditandai dengan menurunnya kualitas ibadah. (Aa Gym)

Comments

Popular posts from this blog

Celengan rindu

Apa itu Vaginismus? Bagaimana islam memandang?

Review Film Jakarta Unfair dan opini mengenai permasalahan kemanusiaan di Indonesia