menua
Ketika umur
bertambah..
Jika kutatap waktu,
ia senantiasa berjalan, berubah..
Yang menandakan,
semakin hari jatah waktu untuk hidup di bumi Allah kian berkurang. Misal kita
diberi jatah waktu 60 tahun untuk menetap di bumi, berarti usia kita sekarang
menunjukkan berapa banyak jatah yang sudah habis dan terlewat. Kini, tinggallah
menikmati sisa dari jatah yang diberikan-Nya.
Suatu hari,
aku membaca buku Sejuta Pelangi karangan OSD. Di buku itu, aku benar-benar
menangkap makna dari judulnya, Sejuta Pelangi. Ya, lika-liku kehidupan ini
memang indah, bak pelangi yang warna warni. Setiap spektrumnya memiliki
kekhasan sehingga menimbulkan kesan warna yang berbeda-beda, namun indah
dipandang mata. Buku ini mengajarkan banyak hal tentang kehidupan. Hikmahnya
selalu dapat kita petik dengan bijak. Dari masalah sederhana di sekitar hingga
persoalan pernikahan. Mendekati bab akhir, tiba-tiba pikirku tersentak. Ya
Allah, aku sudah bisa apa ya dengan usiaku sekarang? Sudah menghasilkan apa
aku? Selama ini hidupku kupergunakan untuk apa? Pikiranku juga melayang akan
sebuah cerita yang pernah kudengar. Bahwa ada seorang ulama atau (..maaf
lupa)ia sudah hidup selama bertahun tahun, tapi merasa kalau usianya barulah 5
tahun. Mengapa? Karena ia merasa barulah 5 tahun merasakan hidup yang sbeenar2
hidup, hidup yang diisi dnegan kebaikan-kebaikan. Cerita itu lantas menohok
diri ini, kamu sudah berusia berapa tahun by the way? Seorang penulis buku
Sejuta Pelangi itu di usianya yang 20tahunan sudah mampu menerbitkan buku yang
dalam sekali maknanya. Beliau juga seorang perempuan, tetapi beliau mampu
memaksimalkan potensi dan nikmat yang diberikan Allah hanya dengan menuliskan
kisah-kisah inspiratif berbalut hikmah yang menyentuh kalbu. Di usianya itu,
beliau sudah mampu menebar kebaikan, memahami setiap detil kehidupan yang
terjadi, dan menjadi sesosok yang bermanfaat. Hmm.. ini bukan testimoni,
melainkan sebuah cerminan terhadap diri kita.
Umur, sebuah
keniscayaan dari sekian banyak keniscayaan yang berlaku di dunia ini. Kita tak
bisa menyetop waktu atau menolak waktu yang tengah berjalan. Waktu dapat
menjadi bumerang bagi kita bila tak dimanfaatkan sebaik mungkin. Waktu bukanlah
barang yang bisa kita beli dengan uang. Waktu adalah waktu, ia hanyalah diam,
tak dapat menuntut. Waktu adalah sesuatu yang berharga di kehidupan manusia.
Aku pun tidak
dapat memungkiri usiaku saat ini. Angka usia yang bukan muda lagi, bukan anak
kecil lagi, tapi usiaku adalah usia menuju kedewasaan. Angka bukan ukuran
tentang sesuatu berdasarkan pandangan manusia. Angka juga bukan sesuatu yang
berhak disalahkan karena sebuah kedewasaan yang tak sesuai dengan semestinya,
bukan seperti apa wujud orangnya ; baby face, muda, imut, cantik, ganteng, muka
tua, boros, deesbe. Bukan kawan.. mungkin itulah kenyataan yang berlaku di
dunia. Seiring berjalannya usia, manusia akan semakin tua, semakin berdiferensiasi
sel-selnya hingga suatu saat sel itu lelah berdiferensiasi, keriput. Tetapi,
usia adalah seberapa kualitasnya hidup kita selama ini. Apa saja yang sudah
kita lekaukan terhdap amanah usia ini? Tak peduli seberapa banyak angka usia
dan tuanya wajah. Ini hanyalah dunia, sob. *Catatan
untuk diriku..
Kalau kata
kakakku, “rapopo tambah tuo tambah dewasa
dalam menyikapi persoalan hidup non.. ojo diukur seko wis menghasilkan opone,
tapi kematangan dalam bertindak non.. diperbaiki”
Benar juga,
usia pun tidak harus perkara karya apa yang telah kita hasilkan. Justru yang
terpenting dari seiring bertambahnya usia adalah kedewasaan kita dalam
menghadapi persoalan hidup. Akan sama saja bila sudah menghasilkan karya
banyak-banyak tetapi kualitasnya kurang, tidak berarti, tdiak berimpact pada hidup kita. Sebab, dunia
adalah jembatan menuju akhirat.
Berdasarkan
kajian yang pernah aku dengar, manusia itu akan terus diuji selama ia hidup.
Ujian itu akan terus ada setiap hari. Setiap hari ujian itu selalu ada. Bahkan,
keadaan kita sekarang ini merupakan ujian.. kunci jawaban atas ujian itu? Sabar
n syukurr
Wallahu a’lam
bisshowab..
Dan aku pun
manusia biasa, tulisan ini bukan berarti aku seorang yang ‘lebih baik’. Tetapi,
dari sini adalah langkah kita untuk terus berusaha menjadi lebih baik.
1 % lebih baik
Comments