refleksi nilai blok

Ada banyak polemik yang terjadi di balik nilai blok (khususnya bagi kami mahasiswa PSIK). Lebay ya bahasanya. Hehe. Emang nilai blok merupakan sesuatu yang mendebarkan bagi jantung kami-kami. Biasa aja sih sebenarnya, tergantung masing- masing orang bagaimana menyikapinya. Right?

Tiga blok tlah berlalu, artinya satu semester sudah jatah kami berkurang dalam belajar di Ilmu Keperawatan. Seperti ketika kita tiba di hari ulang tahun ada perasaan suka dan duka, pun senang dan sedih. Senang saat menyadari bahwa ternyata kami bisa menambah dan memahamkan diri dengan berkuliah Ilmu Keperawatan dibanding dulu ketika masih SMA ilmu kita belum sejauh ini. Ditambah lagi, seiring berjalannya waktu dan bertambahnya angka semester yang kami jalani berarti jenjang kami semakin naik dan semakin dekat dengan gerbang cita-cita masa depan. Namun, sedih tatkala menyadari selama satu tahun diberi amanah berkuliah di prodi yang termasuk dalam Fakultas Kedokteran ini sesungguhnya belum banyak ilmu yang nyantol di hati dan pikiran juga tindakan, serta semangat kami yang kadang naik-turun seperti gelombang.

tak banyak hal yang bisa kami lakukan ketika sesuatu itu telah terjadi..

Hampir tidak terasa jika waktu sudah sejauh ini berjalan. Hiruk-pikuk kuliah, resched, skillslab, tutor , hingga akhirnya ujian blok pun tiba. Hampir tidak terasa kawan, layaknya sebuah rutinitas keseharian yang cukup melengkapi nano-nano kehidupan kami. Tiga blok dalam satu semester usai sudah dengan segala inhal-inhalnya, kurang Make Up Test btw. Hanya rasa syukur yang bisa terus kami pupuk dalam-dalam. Nikmat belajar di universitas yang bervisi menjadi univ berkelas dunia. Alhamdulillah :)

Sudah satu bulan lebih kami menikmati liburan semester. Beberapa hari terakhir ini kami dilanda cemas dan was-was akan nilai blok yang direncanakan keluar tanggal belasan. Akhirnya penantian kami terjawab sudah dengan kebaikan hati teman yang menyempatkan berangkat ke kampus untuk melihat nilai lalu dibagikan kepada teman-teman yang masih menghirup udara kampung halaman. Ada banyak hal yang menyeruak dalam benak ketika nilai ujian blok tiba. Ada bermacam sambutan selamat datang kepada nilai ujian blok dan segala jamuannya. Kebanyakan dari kami, mahasiswa IK, mempersilakannya masuk. Terkadang nilai blok ini so sweet jika dipandang. Misal nilai A maka si A akan menduduki anak tangga tertinggi, ia seperti di puncak gunung tertinggi yang bisa melihat pemandangan di sekitar dan bawahnya. nilai A/B, presentase bahagianya banyak tetapi tak sebanyak nilai A. Nilai B, bisa disebut nilai pas-pasan karena B ini menjadi batas minimal untuk tidak ikut make up test atau kalau bahasa anak sekolah remidi. Sedih juga sih, tapi B tetap menjadi rasa syukur tersendiri, aman. Nilai B/C , terlihat begitu menyedihkan dengan diliputi perasaan jane C nya itu dihapus saja, nanggung. Nilai C, ada semangat menggebu di sini walaupun sang kekasih ada di ujung sana tapi tak lantas menyurutkan rasa syukur dan semangat. Nilai D, semangat terbesar ada di sini, karena untuk mendaki puncak gunung yang tinggi dimulai dari bawah :) tidak tiba-tiba ada di puncaknya..

apa yang bisa kami lakukan jika Qadarullah Allah memberi ujian terbaik bagi hambaNya?

Hanya rasa syukur dan sabar, jawabannya. Keberkahan yang Allah berikan bukan berupa seberapa bagus nilainya, tapi Allah Maha Tahu terhadap hambaNya nilai yang mana yang bisa mendekatkan hambaNya kepada RabbNya.

Murobbiah saya pernah berujar, keadaan kita pada hari ini adalah ujian. So,  nilai yang kita lihat pada hari ini merupakan sebuah ujian yang tidak lain dan tidak bukan bertujuan untuk menaikkan derajat hambaNya. Ketika nilai tidak sesuai ekspektasi, denial, penyesalan, dan lain sebagainya, bahkan padahal sudah belajar mati-matian, mungkin Allah ingin kita menengok lagi niat dan tujuan kita menuntut ilmu jauh-jauh dari kampung halaman, sampai rela tidak tidur di rumah dan mengeluarkan biaya yang tidak sedikit. Mungkin hanyalah rasa kekecewaan yang menyelinap dalam hati dan pikiran, apalagi saat teringat bayang wajah kedua orang tua yang peluh dan tengadah tangannya setiap waktu menginginkan yang terbaik untuk kita..

Ketika takdir sudah berkata demikian dan rezeki sudah ditetapkan demikian, bisakah kita menolak? Minta apa yang telah tertulis di Lauh mahfudz diganti.. Bisa?

rasanya bukan pertanyaan itu yang sebaiknya keluar, namun, tanyakan ke dalam tentang bagaimana hubungan kita dengan Allah? 


BST#3,
10.21 

Comments

Popular posts from this blog

Celengan rindu

Apa itu Vaginismus? Bagaimana islam memandang?

Review Film Jakarta Unfair dan opini mengenai permasalahan kemanusiaan di Indonesia