menerima takdir

tanggal berapa ini di bulan februari? 10 cuy..
time flies so fast

kok judulnya gitu banget yak? hehe bukan mau membahas soal agama, lebih tentang bagaimana kita menerima takdir yang terlewat

sekitar 2 bulan terakhir ini, saya merasa banyak belajar kepada seseorang. hubungan kita lumayan intens, haha. bahkan intim (?)
yang jelas juga nulis ini bukan lagi seloo tapi menjadi sarana menguraikan benang ruwet di kepala. kenapa? yap, hari ini dibelajarkan lagi soal prioritas, di sepanjang jalan kepikir tentang prioritas dalam hidup, kayak curhatan ku kemarin, kenapa waktu terasa tidak lebih banyak daripada urusan yang harus diselesaikan?
dalam 2 bulan ini pula, diri saya merasa ditempa, dibentur, ditampar, sampai terasa sakit dan tangis menemani hari-hari. lebay ya? ._.
nulis ini sebenarnya bagian dari ketidaktahanan hati yang hampir setiap waktu bergejolak. semacam.. ini yang aku lakuin salah kan tapi kenapa masih aku lakuin? ah tapi gapapa biasa aja. di lain waktu kepikiran, duh kenapa tadi ngelakuin itu lama banget ya. padahal kan tau, sesuatu yang paling dekat itu kematian, di Al Quran sendiri juga diperintahkan untuk bersegera kalau satu urusan sudah selesai.
pusing juga kalo ngomongin ini, karena akar masalahnya itu cuma satu, terperdaya oleh tubuh yang malas.
seharusnya, sebulan ini udah ambil data dan mulai olah data. eh malah sibuk yang lainnya, udah nggak pandai atur waktu, malah masih sibuk yang lain. rasanya pengen dikembalikan ke awal bulan dan berupaya memperbaiki semuanya. tapi.... itu semua hanya khayalan.
tau nggak? sedetik atau semenit pun berlalu sia-sia itu serpihan kesia-siaan yang besar. 

ya mau gimana lagi?
semua yang terlewat udah jadi takdir, sekalipun malas ngerjain tugas, yaa itu udah jadi takdirNya. nggak bakalan bisa kita tarik lagi waktu yang sudah lenyap.

hari ini pertama kuliah di semester 8. semakin hari bukannya satu per satu urusan kelar tapi justru makin nambah aja.
kalau dipikir, dengan segala kekurangan-kekurangan yang ada, malah bikin stres. jadi yaa udahlah selaw aja sambil dikerjain. karena ngeluh itu bukan solusi juga.
kadang jadi keinget diri saya yang dulu, bahkan kalau belajar biar dapet nilai terbaik, sampai takut mandi, takut makan, takut waktunya habis untuk itu semua. kangen sama diri saya yang dulu itu.
semua emang kembali ke diri sendiri, bagaimana dan sekuat apa menghadapi segala tantangan yang ada. kalau ketahanannya belum kuat, begitulah, ada masalah dikit bawaannya pen curhat, ngeluh, nangis, dan cuma wasting time sama hal yang dikira itu bakal jadi healing buat segala masalah. tapi bukan berarti nggak boleh gitu yaa

dari ke semuanya ini, menyesal itu pasti. menyesal banget, tapi ya mau gimana lagi. mau gimana lagi coba? itu jawaban karena ini bukan hal yang bisa kita kontrol, nggak usah dipermasalahkan banget. mulai fokus sama hal yang bisa kita otak-atik. seperti segala takdir yang udah terjadi dan terlewat, jadikan pelajaran aja,, next time harus lebih baik lagi :)

Comments

Popular posts from this blog

Apa itu Vaginismus? Bagaimana islam memandang?

Celengan rindu

Review Film Jakarta Unfair dan opini mengenai permasalahan kemanusiaan di Indonesia