Memilih pergi
Sesak di dada mulai tak tertahankan  Aku pun bertanya, mengapa di dunia yang amat luas ini aku merasa sesak?   Pelan.. Tapi pasti  Tangisku yang menderai setiap hari  Mulai lelah meneteskan air dari sumbernya, mata   Buat apa kelopak mata mencembung  Jika hanya ingin menghempaskan seluruh rasa di dada  Meluapkan segala pikir yang tak terbendung   Pagi, siang, sore, malam  Aku di pembaringan  Memeluk seorang makhluk berbentuk tapi mati  Mendekapnya erat, menjadi pemeluk palsuku   Gemetar tubuh ini kala tak sanggup menahan beban  Beban yang riuh berdesakan di kepala  Berharap ada seorang saja yang datang di hadapanku, lalu hanya mematung tersenyum  Ia membiarkan aku berdialog dengan senyumnya  Ah, ini semua hanya bualan belaka   Lalu, suatu hari aku menemukan  Kebahagiaan   Lambat..  Aku mulai menikmati cara Allah menyayangiku  Sampai suatu hari pula aku menemukan  Allah membuatku terbelalak tersebab caranya menyayangiku ternyata terasa perih sekali   Jam demi jam  Hari demi hari  Minggu...