Saya tidak menyangka, saya akan sampai pada titik ini. Tak habis pikir, bila waktu yang selama ini berjalan hasilnya hanyalah seperti ini. Lantas, kemana sajakah saya selama ini? Diriku, jiwaku, ragaku, bahkan hatiku.. melayang entah kemana. Saya merasa kehilangan sebenar-benar diri ini ingin menjadi. Ibarat naik gunung, saya adalah seseorang yang dihantam banjir dari puncak yang membuat saya jatuhtersungkur, kalap, tak mampu menghirup udara. Ibarat pohon, saya tumbang diterjang angin besar. Tubuh ini terkapar tidak karuan wujudnya. Semua itu berhasil menyelimuti diri saya dalam kekalutan yang seolah tiada berakhir. Seiring berjalannya waktu, saya meraba-raba. Dengan mata hati yang buta, berharap menemukan setitik sinar yang mampu menerangi dan menghidupkan jiwa yang mati ini. Tapi... apakah ini sebuah bahkan berbuah-buah “kegagalan?” Gagal merencanakan, berarti merencanakan untuk gagal? Ah... biarlah tulisan random beserta pikiran yang semrawut mewarnai blog ini. Ya,...